MODEL EVALUASI SUMATIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA AL MASHDUQI


Muhamad Ikmal Alhudawi, Lc. (23861025), Dosen: Dr. Hj. Jamilah, SH., M.Pd

Pascasarjana Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut alhudawi1508@gmail.com


ABSTRACT

Evaluation is an important process in making decisions based on an assessment. In the learning context, evaluation becomes an integral part of the teaching and learning process. One form of evaluation that is often used by teachers is summative evaluation. This summative evaluation is carried out at the end of each semester and can be done through exams or other forms of non-test evaluation. This research uses a descriptive method by collecting data through interviews, observation and library research. In Islamic Religious Education subjects at the Superior MA Al Mashduqi Garut, summative evaluation tends to take the form of tests, both verbal and written. With this summative evaluation, teachers have the opportunity to see the development of each student. The results of this evaluation can then be taken into consideration in making decisions regarding student advancement to the next level. More specifically, the summative evaluation in Islamic Religious Education provides a comprehensive picture of students' understanding and abilities in this subject. The conclusions from this evaluation are not only a reflection of student achievement, but also a basis for teachers in designing more effective learning in the future.

Key words: Evaluation Model, Summative Evaluation, Islamic Religious Education


ABSTRAK

Evaluasi merupakan sebuah proses penting dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada suatu penilaian. Dalam konteks pembelajaran, evaluasi menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Salah satu bentuk evaluasi yang sering digunakan oleh guru adalah evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini dilakukan pada akhir setiap semester dan dapat dilakukan melalui ujian atau bentuk evaluasi non-tes lainnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan penelitian pustaka. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA Unggulan Al Mashduqi Garut, evaluasi sumatif cenderung mengambil bentuk tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan adanya evaluasi sumatif ini, guru memiliki kesempatan untuk melihat perkembangan masing-masing peserta didik. Hasil evaluasi tersebut kemudian dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait kenaikan siswa ke jenjang berikutnya. Secara lebih spesifik, evaluasi sumatif pada Pendidikan Agama Islam ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang pemahaman dan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tersebut. Kesimpulan dari evaluasi ini tidak hanya menjadi cerminan prestasi siswa, tetapi juga menjadi landasanbagi guru dalam merancang pembelajaran yang lebih efektif di masa depan.

Kata Kunci: Model Evaluasi, Evaluasi Sumatif, Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN


Evaluasi bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas sebuah sistem pembelajaran yang menyangkut tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan sumber pembelajaran, lingkungan, dan sistem pendidikan. Evaluasi memiliki dua fungsi yang dibagi menjadi dua yaitu, evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui informasi sejauh mana aktifitas belajar dapat berjalan efektif. Sedangkan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk menilai kualitas belajar yang dicapai peserta didik (Supiana, 2020). Dalam kurikulum merdeka proses pembelajaran dioptimalkan kepada siswa. Kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif maupun non kognitif. Ada tiga ranah penilaian atau asesmen antara lain, penilaian diagnostik, penilaian formatif, dan penilaian sumatif, ketiga penilaian tersebut bermanfaat bagi proses pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan di awal atau di akhir pembelajaran. Pada penelitian kali ini peneliti akan fokus pada penilaian sumatif, penilaian sumatif merupakan

proses pemberian nilai hasil belajar siswa dengan kriteria tertentu. Penilaian sumatif berpengaruh untuk mengevaluasi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Dari hasil penilaian sumatif tersebut, guru dapat mengambil keputusan atas kenaikan siswa pada jenjang berikutnya (Maisyaroh, 2023).

Model penilaian sumatif dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran, salah satunya Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI merupakan salah satu pelajaran yang bukan hanya menyangkut teoritis saja, tetapi jugamemberikan pengalaman praktis. Umumnya ada tiga aspek dalam pembelajaran PAI yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Namun hingga saat ini tingkat pemahaman guru PAI dalam mengukur hasil belajar siswa masih sering menggunakan cara yang monoton. Akibatnya, peserta didik cenderung merasa bosan karena proses pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif. Faktor yang menyebabkan penilaian terkesan monoton salah satunya karena guru PAI hanya fokus pada hal-hal yang bersifat materi atau pengetahuan. Dengan proses pembelajaran tanpa

adanya diskusi dan feedback membuat siswa kurang antusias. Penilaian sumatif adalah penilaian hasil belajar jangka Panjang yang biasanya dilaksanakan setiap triwulan atau akhir semester. Evaluasi pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila pendidik memiliki pandangan kemajuan proses dan hasil belajar siswa (Mawardi, 2023).


METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada pemahaman mendalam mengenai fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai model evaluasi sumatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, teknik pengumpulan data yang digunakan melibatkan wawancara, observasi, dan penelitian pustaka. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan perwakilan beberapa peserta didik di MA Unggulan Al Mashduqi guna mendapatkan informasi yang

dibutuhkan. Sementara itu, penelitian pustaka dilakukan untuk memperkuat pemahaman terhadap permasalahan yang diangkat oleh peneliti, sekaligus sebagai referensi bacaan untuk memperluas literatur dan menghasilkan data yang bersifat ilmiah dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai evaluasi sumatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah tersebut.


PEMBAHASAN


Evaluasi adalah sebuah kata yang diterjemahkan dari bahasa inggris menjadi penilaian. Evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dari pembelajaran tercapai. Beberapa ahli mengartikan evaluasi dengan menyediakan informasi untuk membuat suatu keputusan (Rohmawati, 2019). Pendapat lain yang disampaikan oleh Malcolm dan Povus mengartikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Ada juga yang mengartikan bahwa evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna

beberapa projek (Mulyasa, 2003). Dalam bahasa Arab evaluasi yaitu al-qimah atau at-taqdir artinya nilai. Dengan begitu, evaluasi merupakan sebuah penilaian yang berkaitan dengan pendidikan. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan pendapat antara para ahli dari definisi evaluasi. Namun demikian secara garis besar evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah ingin mengetahui, memahami serta menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Makbul, 2021).

Model Evaluasi Sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan setelah sistem sudah selesai menempuh pengujian dan penyempurnaan (Virgiana and Wasitohadi, 2016). Evaluasi sumatif ini dilakukan ketika guru bermaksud untuk mengetahui tahap perkembangan terakhir tiap siswanya. Sebuah penilaian yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran atau capaian pembelajaran (CP) murid, sebagai dasar penentuan kenaikan kelas atau kelulusan dari satuan pendidikan.

Pengelolaan evaluasi sumatif merupakan pengumpulan informasi dengan menggunakan instrumen untuk menentukan kualitas dan nilai suatu pembelajaran. Evaluasi sumatif berfungsi untuk: 1) menentukan naik atau tidaknya peserta didik pada jenjang berikutnya, 2) menentukan nilai raport, 3) menentukan seleksi peserta didik pada suatu kelompok maupun pada jenjang berikutnya, 4) menentukan kelulusan peserta didik, 5) mengetahui status antar peserta didik dalam suatu kelompok. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran. Tujuan dari evaluasi sumatif yaitu untuk mengukur ketercapaian program pembelajaran dimaksudkan agar mengetahui kedudukan individu dalam kelompoknya. Evaluasi sumatif memudahkan guru untuk mengetahui perkembangan belajar para siswanya. Terdapat empat tahap model evaluasi sumatif, yaitu:

  1. Needs assessment, evaluator perlu mempertimbangan tentang keberadaan program, kebutuhan yang diperlukan adanya program tersebut, dan menentukan tujuan dalam jangka panjang dalam program.

  2. Program planning, evaluator mengumpulkan data yang mengarah pada kebutuhan tahap pertama. Pada tahap ini evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cermat untuk mengetahui analisis kebutuhan pembelajaran yangtelah disusun.

  3. Formatif evaluation, pada tahap ini evaluator memusatkan perhatian atas terlaksananya program.

  4. Sumatif evaluation, evaluator mengumpulkan data terkait hasil dan dampak dari pelaksanaan program.

Penelitian dilakukan di MA Unggulan Al Mashduqi yang berfokus pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Hal utama yang kami teliti adalah evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam terutama pada evaluasi sumatif. Evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran dalam bentuk soal tes dan non tes yang dilakukan sesuai kebutuhan di MA Unggulan Al Mashduqi yang menggunakan kurikulum merdeka adalah kelas 10 dan kelas 11. Evaluasi non tes dalam kurikulum merdeka ini berbentuk

projek. Projeknya disini siswa diberikan tugas untuk membuat video tentang materi yang pada saat itu dibahas. Contohnya materi tentang berfoya - foya, kenakalan remaja, minum minuman keras yang kemudian guru membuat kelompok untuk mengerjakan tugas membuat video yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan.

Selain penilaian kognitif guru juga memberikan penilaian spiritual atau penilaian afektif. Penilaian yang dilakukan melalui teman sejawat dan melakukan observasi terhadap perilaku yang dilakukan setiap siswa pada saat jam pelajaran berlangsung dan diluar jam pelajaran. Misalnya pada saat di sekolah adab pada saat berdoa sebelum memulai pembelajaran, sopan santun ketika bertemu dengan setiap guru dan cara bicaranya terhadap guru. Contoh lain ketika di luar sekolah guru bertanya kepada teman sekelasnya tentang bagaimana keseharian yang dilakukan siswa tersebut ketika di Asrama. Kriteria yang dinilai yaitu dari nilai ulangan dan projek yang dilakukan oleh setiap siswa. Jika dalam penilaian sumatif apabila sudah memenuhi kkm siswa tidak

perlu melakukan remidi. Untuk kelas 10 kkm 72, kelas 11 kkm 75, dan

kelas 12 kkm 78. Apabila siswa belum memenuhi syarat atau nilai masih dibawah kkm maka siswa melakukan remidi.

Dalam melaksanakan evaluasi sumatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di MA Unggulan Al Mashduqi dilaksanakan sebagaimana mestinya rangkain evaluasi dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara, informasi menyebutkan bahwa setidaknya ada 3 tahapan dalam melaksanakan sebuah evaluasi pembelajaran diantaranya adalah tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Ketiga tahap ini harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sebuah hasil evaluasi pembelajaran yang konkrit dan sesuai harapan.

  1. Tahap perencanaan

    Pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAI harus direncanakan sebaik mungkin guna mendapatkan hasil yang baik sesuai yang diinginkan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait materi pembelajaran yang telah disampaikan. Sebagai guru PAI mempunyai tugas

    khusus yang berbeda dengan guru mapel lain, karena mengevaluasi hasil pembelajaran PAI tidak hanya untuk mengetahui berapa nilai yang diperoleh peserta didik, tetapi juga mengevaluasi terhadap perubahan tingkah laku peserta didik setelah menerima sebuah materi pelajaran. Dalam proses perencanaan, yang semestinya dilakukan guru PAI sebelum melakukan evaluasi adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kemudian melihat KD (Kompetensi Dasar) setelah itu melakukan sinkronisasi soal atau instrumen yang akan diujikan kepada peserta didik. Evaluasi yang diberikan juga harus mempunyai tujuan yang jelas, setidaknya untuk mencapai tiga ranah yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.

  2. Tahap pelaksanaan

    Pada tahap ini yakni tahap evaluasi diberikan kepada peserta didik baik menggunakan tes maupun non tes. Dalam pelaksanaan tes maupun non tes akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini disesuaikan dengan fungsi dan tujuannya masing-masing. Maka dari itu, untuk mencapai tiga ranah dalam pengukuran kemampuan peserta didik seorang guru PAI harus

    kreatif dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan membedakan jenis ataupun teknik yang digunakan dalam proses penilaian.

  3. Tahap penilaian

Setelah melakukan 2 tahapan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah penilaian. Pada penilaian ini guru PAI melakukan penskoran yaitu dengan memberikan skor atau nilai kepada peserta didik. Untuk ranah penilaian ini masing-masing guru mempunyai wewenang dan kebijakan masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mata pelajaran. Hasil penskoran dilakukan sesuai perencanaan awal dan apabila ada peserta didik yang belum mencapai target yang diharapkan, atau dalam kata lain belum lulus KKM (Kriteria ketuntasan Minimal) maka peserta didik tersebut akan mendapatkan tugas tambahan sesuai kebijakan guru sebagai bentuk remedial untuk menunjang dan memperbaiki nilainya.

KESIMPULAN


Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan evaluasi pembelajaran di MA Unggulan Al Mashduqi Garut dengan menerapkan Kurikulum Merdeka pada kelas 10 dan 11, ditemukan bahwa evaluasi dilakukan melalui tes dan non tes. Evaluasi dalam bentuk tes dilakukan pada akhir pembelajaran, sementara evaluasi non tes dapat dijadwalkan pada waktu yang telah disepakati antara guru dan murid. Dalam penilaian komponen spiritual, guru memiliki beberapa metode seperti pengamatan atau interaksi langsung dengan murid, penilaian antar teman, atau distribusi angket. Jika hasil evaluasi mencapai atau melebihi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), maka tidak diperlukan remedial. Namun, terkadang guru menghadapi kendala dalam meningkatkan nilai KKM bagi siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata, sehingga evaluasi dianggap kurang optimal. Hal ini menunjukkan perlunya strategi dan pendekatan yang lebih efektif dalam menangani variasi kemampuan siswa demi meningkatkan efektivitas evaluasi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA


Amir, S. (2020) Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 2 Parepare. IAIN Parepare. 2-4.

Huljanah, M. (2021). Evaluasi Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Educator: Directory of Elementary Education Journal. Pentingnya Proses. 164-180.

Magdalena, I., Kumarani, N. C. (2023). Pengembangan Model Evaluasi Sumatif Mata Pelajaran PAI di Sekolah Dasar. Anwarul: Jurnal Pendidikan dan Dakwah. 3 (2),

300–311.


Maisyaroh, I., Abdullah, M., & Hadi, M. N. (2023). Asatiza : Jurnal Pendidikan.04(03), 274–

287.


Makbul, M., Saputri, D., & Ahmad,

L. O. I. (2022). Pengembangan Evaluasi Formatif dan Sumatif. Hawari : Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Vol 3 No 1.

Mawardi, A. (2023), Edukasi pendidikan agama islam dalam

pemanfaatan sumber-sumber elektronik pada siswa madrasah ibtidaiyah, Journal on Education, 6 (1), pp. 8566–

8576.

Rohmawati, M. (2019) “Efektivitas Penggunaan Media Konkrit untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Operasi Matematika Dasar bagi Peserta Didik Kelas 1 SD Negeri Labanan Makarti Berau‟.

Suarga. (2019). Hakikat, tujuan dan fungsi evaluasi dalam pengembangan pembelajaran. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, Makassar VIII, 327–338.